Berbeda dengan sekian banyak anggapan yang dapat kita temui pada berbagai sumber, perahu-perahu buatan Bontobahari secara tradisional tidak dibangun "tanpa menggunakan gambar" atau "tanpa blue print" – sebaliknya, semua tipe perahu tradisional dan historis dirancang dengan mengikuti pola disain yang dalam bahasa penduduk Bontobahari, Konjo, dinamakan tatta, 'potongan'. 

how to create a web page for free
Horst Liebner, 1988

Sistem rancang bangun tatta itu mensyaratkan berbagai kriteria utama konstruksi lambung, mulai dari letak pasak yang menautkan seluruh lambung perahu sampai ke jumlah, posisi, panjang dan bentuk masing-masing papannya serta letak gading-gading dan senta yang memperkuatnya.  Dan: Proses perancangannya yang secara tradisional dibuat oleh pengrajin dan pemesan perahu secara bersamaan merupakan salah satu poin dalam penting dalam proses pembangunan sebuah perahu, karena bak sebuah kontrak tertulis mempererat hubungan antara kedua belah pihak itu.  Adanya pola rancang ini adalah inti sari anugerah Warisan Dunia Takbenda Pembuatan Perahu Sulawesi Selatan. Sayangnya, sistem tatta dan berbagai implikasinya, baik yang bersifat teknis, sosial-budaya atau historis, belum mendapatkan banyak perhatian.
Sampai sekarang dua pola tatta diidentifikasikan: Perahu berukuran kecil sampai sedang bisa menggunakan pola tatta tallu, ‘potongan tiga’; yang lebih besar dapat mengikuti tatta appa, ‘potongan empat’. Tatta tallu itu konon ‘milik’ para panrita lopi asal Lemo-Lemo, dan sampai sekarang masih digunakan untuk membangun perahu nelayan jenis pajala, pagai atau patorani. Pola tatta appa diciptakan oleh ahli pembuat perahu Ara, dan dikhususkan untuk tipe lambung palari, pilihan utama untuk pemasangan tiang dan layar jenis pinisi.

"Sebagai serangkaian anak tangga": Susunan papan pada buritan sebuah perahu palari, 1930-an

Suatu kelemahan menonjol pola penysusunan papan tatta itu terdapat pada papan-papan pendek yang tersambung ke linggi haluan dan buritan: "Papan-papan pada bagian bawah lambung palari pendek, karena dipotong sesuai dengan bentuk [yang diinginkan] dan tidak dilengkungkan.  Semua papan yang dipasangkan kepada linggi [...] hampir sama ukurannya, sehingga sambungan ke papan berikutnya berdekatan, satu di atas yang lain, seperti serangkaian anak tangga pada samping lambung [...] dan pada pada hampir semua palari tua papan-papan itu telah mulai berlepas pada rangkaian 'anak tangga' itu." (Collins, George E.C. 1936. East Monsoon, London: MacMillan; 1)  

Pada perahu palari yang dibangun untuknya di desa Ara pada awal tahun 1930an, G.E.C. Collins meminta agar baik di buritan dan di haluan dipasang papan pendek dan panjang secara bergantian, sehingga kelemahan itu terhindari.  Mestinya 'tatta baru' yang menjadi salah satu tujuan program riset ini dapat mencadangkan masukan pada soal ini.

Anda ada ide tentang hal ini? Hubungi kami!